Blogger Widgets

Selasa, 18 Oktober 2016

Politik Sebelum Tidur (Sebuah Pesan yang Menyadarkan Kita akan Skenario Politik)

Malam semuaaa... XD


Langsung aja ya.. XD

Politik emang bukan bahasan yang bisa dibawakan di semua lingkaran obrolan. Apalagi remaja ke bawah. Tapi kami yang mahasiswa, perbincangan itu selalu terdengar di beberapa sudut kampus. Tak hanya di kampus, di kost juga.

Kaya malam senin kemarin. Sebelum tidur, aku sempet ngobrol soal isu-isu yang lagi hangat sekarang ini sama temen sekamar. "Di politik itu banyak skenario" aku sudah tahu tentang itu bahkan ketika SMA. Tapi itu hanya sebagai pengetahuan. Berkat obrolan malam itu, aku kembali sadar tentang skenario politik, tak hanya sebagai pengetahuan tapi sudah sampai tingkat memikirkan akibatnya atau bagaimana jadinya nanti ke depan kalau seperti ini, kalau seperti itu. Karena yang aku tahu tentang dunia, Indonesia, sekarang lebih banyak dari pada dulu waktu SMA, otomatis yang dipikirkan jadi banyak, macem-macem.


Huwaaaaa,,, kepala aku penuh!




Puncak perbincangan itu ketika kami yang beberapa menit mencari sebuah artikel di kompasiana, tapi kompasiana ga kebuka-buka padahal web lain bisa. Kami search di google dengan berbagai keyword tapi ga kunjung ketemu. Sampai akhirnya aku masukkan keyword "politik sby jokowi", ketemu. Artikel kompasiana yang jadi target kami, berjudul,,, "SBY Merusak Skenario Jokowi", sebuah tulisan oleh Yon Bayu. Tapi halaman itu ga bisa dibuka cuma dengan ngeklik judul itu seperti biasa. Aku buka lewat cachenya. Aku save page dan aku copy isinya. Tapi semuanya mungkin karena webnya sedang bermasalah. Kalian bisa search lagi di Google.

Tapi, sekarang udah ada artikel di kompasiana juga yang menanggapi tulisan itu berjudul "Blunder SBY Antar Ahok Wujudkan Skenario Jokowi (Menanggapi Artikel SBY Merusak Skenario Jokowi)" oleh Omri L Toruan.

Aku tak berpegang pada ini, baik artikel yang pertama ataupun kedua. Tapi aku membaca keduanya karena itu membuatku sadar akan hal-hal seperti ini dalam politik. Selanjutnya aku hanya tinggal mengenal calon pemimpin kami dari fakta yang ada dan berdasarkan ajaran agamaku aku memilih.




Selain soal artikel itu, aku juga memikirkan tentang media kita. Saat ini kepalaku terlalu pusing untuk menulis, memikirkan kata-kata sebenarnya,, tetapi pada kesimpulannya, aku menulis seperti ini di entriku yang baru aku publish tadi pagi,,
"Sama seperti di Indonesia, ups. Semoga saja, berita yang diangkat, dibahas media bukan berita yang diinginkan masyarakat saja, apalagi kita tahu masyarakat kita tak sedikit yang lebih menyukai berita soal orang lain yang tak ada hubungannya dengan negara, serta mudah terbawa isu juga menjadi salah satu ciri masyarakat kita. Aku berharap media di sini menjadi media yang mendidik, netral, dan benar-benar memberikan informasi yang contohnya saja bisa membuka wawasan dan pikiran masyarakat kita terhadap dunia, tentu saja fakta. Mungkin ‘NETRAL’ adalah kata yang sensitif untuk media kita saat ini." (Lebih Kangen dari Naruto)


Ada sedikit yang ingin aku katakan pada saudara-saudara seimanku. Maaf, ini bukan pesan dari ulama apalagi wejangan dari eyang, hanya pendapat pribadiku yang tak bisa lepas dari kata salah,, berkaitan dengan isu penistaan agama oleh gubernur DKI Jakarta.

Rasanya ingin mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan seperti,, "Lagian,, kenapa si bapak bahas soal hak pilih di pidato di Pulau Seribu? Ini kan bukan masa kampanye. Bapak kan kesana sebagai gubernur, bukan kandidat gubernur". "Lagian,, kenapa si bapak ngomongin soal dasar hak kami memilih. Kami ga melarang bapak mencalonkan diri,, silahkan saja. Hak memilih itu hak kami. Atas dasar apa kami memilih itu terserah kami, tidak usah di bahas".

Saudara-saudaraku seiman,, tak hanya ayat tersebut seperti yang sedang diperbincangkan yang melarang kita memilih pemimpin berbeda aqidah. Ustadz Felix Siauw yang mengatakannya, tapi maaf aku kehilangan status facebook beliau yang berisi soal itu, nanti dicari lagi. Kalau aku,, yang aku tahu agama kita juga menganjurkan agar pemimpin jangan perempuan, atas dasar itu aku tak pernah memilih perempuan sebaik apapun ia. Sama dengan yang berbeda aqidah.

Saudaraku,, sebaik apapun dia, yang tahu isi hatinya hanya dia dan Sang Pencipta. Pun kalau saat ini niatnya sangatlah baik yakni berjuang semata hanya untuk Indonesia,, tapi kedepannya apakah ia mampu bertahan dari berbagai godaan, apakah ada yang bisa menjamin dia akan selalu baik, yang tahu soal masa depan seperti itu hanya Yang Maha Tahu. Yang Maha Tahu telah memberitahu kita dengan ayat-ayatnya. Tentu saja ayat itu bukan ayat yang tak bisa ditafsirkan atau ayat dimana yang mengetahui maksudnya, maknanya hanya yang membuat, Tuhan, dan utusanNya. Jika seperti itu, untuk apa ayat itu disampaikan pada kita, jika kita tidak akan pernah bisa tahu apa maksudnya. Apa gunanya kamu mengirim sms ke teman kalau temanmu tak mengerti apa maksudnya, hanya karena dia berpegang pada prinsip bahwa yang mengetahui maksud sms itu hanyalah yang membuat. Sekali lagi, Yang Maha Tahu telah memberitahu kita. Memberitahu hal-hal yang tak akan mungkin bisa kita capai dengan akal manusia. Akal manusia tak akan sanggup mencapainya. Tuhan yang mengatakan. Tuhan Yang Maha Tahu Segalanya.

Pun ketika pacarmu berjanji dan berkomitmen akan menikahimu kelak. Kita tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Lagipula, kalau dia bilang dia menyayangimu, masa si, dia tega menjerumuskanmu ke jurang zina bernama pacaran. Zina itu macam-macam yaaa, termasuk zina hati, zina perasaan.

Haduuuh, maaf ya.. Terlalu ngegas. XP.. Tapi itulah logikaku. Ga bermaksud sok tahu apalagi sok suci. Selama ini banyak yang bungkam karena takut dibilang seperti itu. Mungkin aku belum bisa menerapkan hal baik yang aku beritahu ke orang pada diriku sendiri, tapi yang lebih aku takutkan adalah ketika satu hal yang orang itu tak sadari dan ternyata hanya aku yang menyadari dan hanya aku yang mampu mengatakannya. Tak bermaksud menggurui padahal diri sendiri saja tak melakukannya, tapi aku selalu berujar pada diri sendiri, "bukan menggurui, tapi mengajak, ayo sama-sama kita belajar dan berubah!"




Wah,, panjang... Padahal rencana cuma curhatan dikit.


Sebelumnya saya minta maaf apabila ada yang merasa tersinggung. Dan saya sangat berterima kasih, bersyukur diberi kehidupan sampai detik ini. Terima kasih.



Sudah dulu mungkin,, bye.. ^_^)/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar