Blogger Widgets

Senin, 17 Oktober 2016

Fukigen na Mononokean

Menonton sebuah film yang menceritakan tentang ayah tak membuatku menangis, tapi temanku yang memang sangat dekat dengan ayahnya, menangis tersedu. Sementara temanku yang lain tak ingin berhubungan dengan laki-laki karena masalah yang terjadi pada orang tuanya terutama dengan sang ayah membuatnya trauma, aku berharap bisa menemukan sosok laki-laki sebagai penanggung jawabku seperti ayah dan adikku. Lalu, Filosofi Kopi, film itu secara garis besar sepertinya hanya mampu membuat segelintir orang saja menangis. Termasuk aku. Kalian yang tahu film itu pasti bingung kenapa ada orang yang menangis melihatnya.


Seperti itulah. Setiap orang memiliki ceritanya masing-masing. Latar belakang yang berbeda-beda. Dari situlah kita bisa mendengarkan berbagai macam pendapat yang berbeda akan suatu hal. Dunia bisa dilihat dari puluhan bahkan ratusan dan jutaan sudut pandang yang berbeda. Berbeda orang yang melihat, berbeda pula yang kita dengar ketika kita meminta mereka menyampaikan apa yang ada di dalam otaknya.



Anime ini aku review bukan karena mampu membuatku menangis. Sebuah hal kecil, hal yang diketahui semua orang, pelajaran hidup yang bahkan anak kecil pun tahu. Tapi entah karena hal kecil ini sudah menjadi kebiasaan atau seperti apa, aku baru teringat akan hal kecil itu dan menyadarinya ketika menonton “Fukigen na Mononokean”





Judul : 不機嫌なモノノケ庵 (Fukigen na Mononokean)
Pengarang : Kiri Wazawa
Produser : Pierrot Plus
Episode : 13
Tayang : 28 Juni 2016 - 21 September 2016
Genre : Shonen, Comedy, Supernatural


Anime ini menceritakan tentang Ashiya, anak SMA yang memiliki kemampuan melihat siluman. Suatu hari ia tak sengaja menemukan siluman di jalan. Siluman berbulu itu kemudian melekat pada tubuhnya dan tak mau lepas. Karena itu, kondisi badan Ashiya melemas berangsur-angsur seiring semakin besarnya tubuh siluman berbulu itu. Lalu Ashiya menemui Abeno, pemilik Mononokean (berwujud ruang minum teh Jepang) untuk meminta bantuan. Terkejut dengan permintaan bayaran yang tak diberitahukan di awal, Ashiya terpaksa bekerja di Mononokean karena tak sanggup membayarnya. Dan dimulailah keseharian baru Ashiya yang mendambakan kehidupan anak SMA yang normal sebagai pekerja paruh waktu di Mononokean.

Tetapi, dengan bekerjanya ia di Mononokean, ia bertemu dengan banyak siluman yang rata-rata adalah klien Abeno. Dengan masalahnya masing-masing, Ashiya dan Abeno menolong mereka dan setelah masalah mereka di dunia manusia selesai Abeno akan membukakan pintu yang hanya bisa dibuka oleh pemilik Mononokean agar para siluman itu dapat kembali ke dunia lain.


Abeno adalah tipe karakter yang berpikir, bertindak atas dasar akal dan pengalamannya sementara Ashiya adalah karakter periang yang bertindak berdasarkan kata hatinya. Hanya dengan keberadaan dua karakter seperti itu saja kita sudah tahu akan jadi seperti apa isi ceritanya.


Sebelum masuk episode 9, hal yang aku sadari sekedar ‘Gunakan otakmu, tapi jangan lupa untuk dengarkan kata hatimu’. Sementara itu di episode 9, Abeno tak mempersoalkan sikap orang tua dari kliennya yang meragukan pekerjaan mereka, mengusir siluman, karena tak percaya dengan hal-hal tak masuk akal seperti itu serta mengatakan dengan keras agar Ashiya melakukan hal lain yang lebih bermanfaat untuk masa depannya.

Karena sikap Ashiya terhadap siluman selalu baik dan penuh kasih sayang, aku bisa ikut merasakan perasaannya yang ingin agar manusia percaya bahwa siluman itu ada. Selain itu, Ashiya selalu bekerja membantu siluman dengan sepenuh hati. Dengan kasih sayangnya terhadap siluman yang semakin hari semakin kuat.



Namun pelajaran dari anime ini yang membuatku sadar, sebenarnya adalah tentang saling berbaik hati dan menolong orang lain. Ashiya selalu berusaha semampunya untuk membantu para siluman yang sedang dalam masalah. Sehingga ketika di beberapa episode terakhir Ashiya diceritakan kehilangan kemampuannya melihat siluman untuk membantu siluman, siluman-siluman yang sebelumnya pernah di tolong Ashiya berbalik menolongnya. Mereka, dan Ashiya sendiri ingin agar kemampuannya kembali.

Ketika sadar, ingatanku memutar adegan-adegan ketika aku menolong orang lain atau ditolong orang lain. Menolong dan ditolong mungkin biasa terjadi bagi masing-masing dari kita. Atau dalam kasus ini, ketika kita dalam masalah, orang-orang yang dulu pernah kita tolong, datang pada kita untuk berbalik menolong kita. Balas budi. Terlepas dari pemikiran, “mungkin saja orang itu hanya merasa tak enak karena dulu pernah kita tolong”.


Namun satu hal yang lebih istimewa bagiku adalah ketika orang yang kita tolong, melakukan kebaikan juga untuk orang lain. Ketika kita membantu seorang anak yang terjatuh, ditempat lain anak itu menolong seorang tua untuk menyebrang jalan. Rasa kepuasan karena kita masih diberikan kesempatan untuk menebar kebaikan. Jika semua orang seperti itu indahnya dunia ini. Seperti di film-film saja ya? Terlalu berharap? Tidak. Karena aku tahu banyak orang yang seperti itu termasuk kalian. Hanya saja, kalian yang memang sudah terbiasa melakukan itu tak menyadari bahwa kalian telah melakukan hal baik untuk dunia meskipun itu kecil.




Terima kasih.
Aku harap aku bisa terus belajar dari kebaikan-kebaikan kecil yang kalian lakukan itu.
^_^





Semoga bermanfaat.




Jayalah Indonesiaku!


Salam. :)b

Tidak ada komentar:

Posting Komentar