Judul : Boku dake ga inai Machi (僕だけがいない街)
Tipe : TV
Episode : 12
Status : Completed
Tayang : 8 Januari 2016 sampai 25 Maret 2016
Adaptasi : Manga
Genre : Mystery, Psychological, Seinen, Supernatural
Anime ini menceritakan tentang seorang pemuda yang memiliki kemampuan yang melemparnya kembali ke masa lalu baik itu 1 jam yang lalu atau 18 tahun yang lalu karena ia seharusnya dapat mencegah sesuatu yang buruk terjadi pada saat itu. Suatu ketika ia terlempar ke masa ketika ia SD dimana sebuah pembunuhan beruntut kepada 3 orang siswa SD seusianya dengan 2 orang diantaranya adalah teman sekelasnya. Ketika dia hanyalah manusia berukuran tak lebih dari 120 cm. Ketika dia hanyalah anak kecil yang tak punya kekuasaan. Tak ada orang dewasa yang percaya dengan ceritanya. Hanya dengan beberapa sahabatnya ia berjuang bersama melindungi teman mereka yang menjadi target. Hingga akhirnya ia yang menghadapi bahaya, berdiri berhadapan dengan pelaku pembunuhan sendirian.
Anime ini menyadarkanku akan suatu nilai penting yakni kepercayaan. Menyaksikan perjuangan sang tokoh membuatku ikut merasakan kesakitannya. Bagaimana rasanya ketika tidak ada orang yang percaya pada kita hanya karena kita anak kecil. Bagaimana rasanya ketika tak ada orang dewasa yang mempercayai cerita kita karena menganggap itu sebagai imajinasi anak-anak. Hingga akhirnya anak-anak kita harus menghadapi keadaan bahaya sendiri. Anak kecil melawan orang dewasa yang memiliki kekuasaan. Padahal hanya sakit dan sesal yang tertancap di hati ketika nanti pada akhirnya kita menemukan buah hati kecil kita dalam keadaan yang tak seharusnya ia alami andai kita percaya padanya.
Mungkin 10 tahun, 20 tahun, atau 50 tahun ke depan akan semakin sulit untuk kita menemukan orang yang percaya pada kita. Disaat kita tahu bahaya mungkin saja akan terjadi, tanpa bukti dan kawan-kawannya, yang membuat kita tak bisa berbuat banyak, tak bisa mengambil tindakan apapun jika seorang diri. Kita harus pula merasakan sakit ketika tidak ada yang percaya pada kita. Tidak ada satu tangan pun yang bersedia menyambut ajakan tangan kecil ini.
Orang semakin berpikir realistis. Rasional. Ketika kita tahu ada hal buruk yang mungkin akan terjadi jika tidak kita hentikan, tidak kita protes. Tapi membuat orang percaya pada idealisme kita, mencoba mengajak orang untuk tak terlalu rasional, mengajak orang untuk bergerak dan tak hanya duduk diam. Tak sedikit yang menolaknya dengan anggapan kita profokator.
Hal seperti itulah yang aku yakin kalian pun berharap agar tidak terjadi di atas tanah pertiwi. Agar warga dunia tak tumbuh menjadi orang dengan otak dan hati dipenuhi akan rasionalitas.
Anak kecil. Dari yang kupelajari, baik di Amerika, Jepang, sikap orang dewasa terhadap anak kecil sangat berbeda dengan warga kita. Mereka selalu tersenyum, menyapa, dan menegur, mengajak berbicara ketika bertemu dengan anak kecil. Pegawai restaurant membukakan pintu jika ada anak kecil akan masuk. Membukakan pintu dengan senyum, sapa, dan tertunduk hormat memperlakukan mereka bak raja atau ratu. Mereka selalu mendengarkan kata anak-anak. Meminta pendapat anak-anak. Bercerita apa yang mereka hadapi sebagai orang dewasa kepada anak-anak secara terbuka. Mereka meminta maaf jika melakukan kesalahan pada anak-anak atau membuat malaikat-malaikat kecil itu terluka. Pemikiran orang dewasa dan anak kecil memang berbeda. Namun dalam rapat mendengarkan pendapat banyak orang yang beda pemikiran bukankah akan menciptakan project yang sempurna?
Aku mencintai anak-anak. Meskipun aku bukan tipe orang yang mudah akrab dengan anak-anak atau dicintai mereka, tapi aku tak mau ada orang dewasa yang menyakiti adik-adikku. Anak-anakku. “Karena kalian adalah idealismeku”. Tanpa kalian, kami orang dewasa yang telah terlalu banyak diracuni realita kehidupan tak akan pernah mendengarkan kata hati kecil yang terdalam. Keingingan kasih sayang yang polos, salah satu yang sudah ada pada kita sejak kecil. Sejak terlahir. Sesuatu yang kini telah tertutup banyak fakta logika tentang dunia.
Jaya Indonesiaku!
Salam. :)b
Tidak ada komentar:
Posting Komentar