Karena ujian tertulis UTS PIP ga bisa diadain, jadi ini deh tugasnya... ^__^
***
67
tahun sudah Indonesia merdeka. Indonesia berkembang menjadi jauh lebih baik
dari masa lalu di semua bidang kehidupan. Mulai dari pendidikan, sektor
pembangunan, ekonomi, sosial budaya, politik, bahkan pertahanan dan keamanan.
Indonesia ,yang merupakan negara bekas jajahan banyak negara, mencontoh
sistem-sistem yang sudah lebih dulu digunakan bangsa lain baik di negaranya
atau di Indonesia saat mereka menjajah. Seperti dalam bidang pendidikan atau sektor
pembangunan dan tata kota.
Secara garis besar, Indonesia sudah belajar banyak mengenai
tatanan negara dalam sektor pembangunan. Kita pun dapat melihatnya bahwa negara
kita sama halnya dengan negara lain dalam hal tata kota. Namun bila diamati
lebih jauh hal kecil yang membuat Indonesia berbeda dengan negara lain
sangatlah jelas terlihat, yakni kebersihan. Hal itu membuat kota-kota besar di
Indonesia, terutama Jakarta sebagai ibukota negara, tak nyaman dipandang walau
tak ada perbedaan yang sangat menonjol mengenai tata kotanya. Sampah yang
berserakan dimana-mana serta keadaan jalanan yang kurang perbaikan membuat kota
kita tak sedap dipandang mata. Bukan salah presiden, mentri lingkungan hidup,
pejabat pemerintahan atau petugas kebersihan, tetapi karena seluruh masyarakat
Indonesia itu sendiri. Jika kita baik dalam meniru sistem-sistem dari luar
negeri, mengapa masyarakat kita tidak bisa meniru kebiasaan bangsa lain yang
bersih, rapi dan selalu menjaga kebersihan lingkungannya?
Kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat-sangat rendah terutama
dalam hal kebersihan. Mahasiswa yang memiliki berpendidikan tinggi saja buang
sampah di dalam ruang kelasnya, apalagi masyarakat kecil yang tinggal di
pinggir sungai. Seolah-olah mahasiswa tidak mengenal tempat pembuangan akhir,
masyarakat kecil pun tak mengenal apa yang dinamakan tempat sampah. Hal
mendasar yang menjadi penyebabnya ialah kemalasan. Kemalasan itu sendiri
dikarenakan lepas dari jaman penjajahan masyarakat dilayani dan disediakan
apapun yang dibutuhkan. Indonesia selalu menjadi konsumen setia produk-produk
bangsa lain. Layaknya seorang anak yang dimanja sedari kecil, ia akan malas
saat beranjak dewasa dan tak tahu apa yang harus dilakukan saat segalanya yang
selama ini ia dapatkan dengan mudah hilang secara tiba-tiba.
Dalam sistem pembelajaran Pendidikan Bahasa Jepang Universitas
Negeri Jakarta dan penyelenggara pendidikan tinggi lainnya banyak pembicaraan
mengenai bagaimana masyarakat Jepang dengan segala kepatuhan akan
peraturan-peraturan di negara mereka termasuk menjaga kebersihan. Mahasiswa
jurusan Bahasa Jepang secara tidak sadar mereka harus bersikap seperti halnya
masyarakat Jepang terutama dalam berbicara dan bersikap dengan orang lain. Dari
dosen sebagian besar telah terbiasa dengan kehidupan di Jepang, mahasiswa mereka
berusaha menyesuaikan diri mulai dari kedisiplinan hingga kebersihan. Selalu
tepat waktu seperti halnya masyarakat Jepang, dan juga menjaga kebersihan.
***
Jepang
adalah negara dengan luas 378.000 km2 dan jumlah penduduk 127 juta jiwa pada
tahun 2010. Dengan keadaan demikian dapat kita bayangkan seberapa padatnya
negeri Sakura tersebut. Banyak yang menggambarkan Jepang dengan lingkungan yang
banyak gedung dan sedikit pohon, sungai-sungai yang tercemar oleh limbah
pabrik, udara yang penuh asap karena pencemaran udara, suara bising karena
suara mesin. Namun semua pemikiran luar itu sangat salah, karena Jepang adalah
sebuah negara yang penuh disiplin dan sangat menghargai lingkungan hidup,
sungai-sungai yang jernih, udara yang bersih, lingkungan yang tertata rapi
tanpa sampah. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat di negara maju tersebut sangat
berbeda dengan masyarakat kita.
Di
jepang tidak ada orang yang membuang sampah sembarangan, karena kedisiplinan
yang luar biasa, menjadikan ketaatan terhadap aturan begitu hebat, tidak ada
orang yang membuang sampah sembarangan. Sebagai contoh kecil, ketika seorang
perokok berjalan-jalan ditaman mereka membawa asbak dikantong mereka untuk
membuang debu rokok dan puntung rokok mereka, yang didesain khusus, yang
nantinya bila menemukan tempat sampah mereka akan membuangnya ke tempat sampah.
Hutan-hutan di Jepang terjaga walaupun letaknya bersebelahan langsung dengan
daerah padat penduduk. Aturan tentang ijin mendirikan bangunan, aturan tentang
lingkungan dan hutan begitu ketat dan sangat dipatuhi orang-orang Jepang.
Di Jepang, mobil-mobil dan kendaraan yang tidak lolos uji emisi tidak diijinkan
berjalan, bahkan hampir tidak ada mobil solar yang diijinkan berjalan karena tidak
ada yang lolos uji emisi. Bandingkan dengan Indonesia, bagaimana Metro Mini, truk-truk
yang katanya sudah lolos KIR di dinas perhubungan mengeluarkan asap tebal yang
menyesakkan dada, membuat jalan jadi gelap hitam oleh polusi. Pembagian jenis
sampah dan penjadwalan pembuangan sampah pun ada. Secara umum sampah dibagi menjadi
2 yaitu sampah yang bisa dibakar dan tidak bisa dibakar, tetapi ada pembagian
khusus lain, misalnya sampah elektronik, sampah bahan-bahan berbahaya (korek
gas, batu baterai, silet), botol plastik, gelas, botol aluminium dll. Dan
pelaksanaannya begitu dipatuhi oleh masyarakat. Belum lagi penjadwalan dalam
pembuangan sampah, misal hari Selasa dan Jumat untuk sampah elektroik.
Di
Jepang semua serba teratur dan disiplin. Dan masyarakatnya pun, dengan
kesadaran dari diri sendiri, mereka mematuhi setiap peraturan yang ada sekecil
apapun peraturan tersebut. Mereka akan merasa malu bila melanggar peraturan. Berbeda
dengan masyarakat Indonesia yang memiliki slogan “Peraturan ada untuk
dilanggar”. Bagaimana kita akan mendapatkan lingkungan tempat tinggal yang layak
dan nyaman seperti yang kita idamkan bila kita bertindak semaunya sendiri,
seperti membuang sampah di sembarang tempat. Karena pemerintahannya, yang dapat
dikatakan kurang tegas bila di bandingkan pemerintahan jaman dulu, maka tidak
heran jika masyarakat semakin betah dengan cara-cara praktis yang semestinya
tidak dilakukan karena melanggar peraturan yang berlaku.
Di
Indonesia semua kalangan pernah melanggar peraturan-peraturan kecil di
masyarakat seperti peraturan membuang sampah. Dari kalangan berpendidikan
hingga masyarakat kecil. Tak jarang kita temui sampah-sampah di dalam laci meja
di sekolah-sekolah. Bahkan di dalam ruang kelas di sebuah universitas tak
sedikit sampah yang berserakan. Hal tersebut sangat tidak mencerminkan seorang
mahasiswa yang berpendidikan tinggi.
Seorang
mahasiswa saja seperti itu bagaimana dengan rakyat kecil? Masyarakat
mengeluhkan banjir yang sering terjadi di ibukota Jakarta. Memprotes pemerintah
yang dinilai kurang tanggap menangani masalah di masyarakat. Namun apa itu sepenuhnya
salah pemerintah? Masyarakat yang tinggal di daerah kumuh atau didekat sungai
sangat kental akan kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat juga
pengelolaan sampah yang kurang baik. Itu adalah salah satu sebab kenapa
Indonesia yang secara garis besar memiliki sistem pemerintahan yang tak jauh
berbeda dengan negara lain terlihat sangat tidak menyenangkan dari segi
keindahan kota-kotanya.
Dalam
dunia pendidikan, pemerintahan sudah menyelenggarakan pendidikan karakter dari
tingkat TK hingga Perguruan Tinggi pun ada. Di tambah dengan pendidikan
karakter dari keluarga dan lingkungan masyarakat. Dalam Pembelajaran Pendidikan
Bahasa Jepang contohnya, seorang mahasiswa harus menyesuaikan diri dengan
dosen-dosennya. Para dosen dalam pembelajaran bahasa Jepang sebagian besar adalah
mereka-mereka yang sudah terbiasa dengan kehidupan orang-orang Jepang yang
mayoritas memiliki karakter yang sudah terbentuk dan memiliki kebiasaan baik.
Dengan demikian, mahasiswa harus disiplin waktu dan menaati aturan yang berlaku
selama menuntut ilmu dengan para pengajar tersebut. Waktu yang tak sebentar
akan mendukung terbentuknya karakter dan kebiasaan disiplin serta menaati
peraturan.
Di
sekolah-sekolah pun tak berbeda. Pendidikan karakter di setiap jenjang
pendidikan di selenggarakan. Namun tanpa adanya kebiasaan melakukannya karakter
seseorang akan sangat sulit terbentuk. Peserta didik sekarang masih menganggap
remeh pendidikan karakter tersebut. Seharusnya para pengajar tidak hanya
mengajarkan teori tentang pembentukan karakter saja. Bahkan dengan praktik tak
sedikit siswa yang melaksanakannya karena perintah bukan karena kesadaran diri
sendiri. Pembentukkan karakter akan lebih mudah ditangkap oleh siswa jika kita
memberikan waktu pada siswa tersebut untuk berpikir. Berbicara dan berbincang
dengan siswa tentang karakter bangsa dan membandingkannya dengan negara lain
dipastikan, akan lebih mudah ditangkap. Interaktif dengan siswa dan mengajak
siswa untuk berpikir bagaimana karakter dibentuk, apa yang harus mereka lakukan
menghadapi suatu situasi, bagaimana mereka harus bertindak, apa
kebiasaan-kebiasaan baik yang seharusnya mereka terapkan. Tanyakan pada siswa
itu sendiri bagaimana dan apa saja kebiasaan-kebiasaan itu dengan sedikit demi
sedikit menuntun mereka kearah yang benar. Siswa akan lebih terbiasa berpikir
dan spontan menghadapi suatu permasalahan. Sehingga di kemudian hari Indonesia
memiliki penerus bangsa yang dapat berpikir kritis, kreatif, serta tidak selalu
menggantungkan hidupnya pada bangsa lain.
***
Masalah
yang timbul di dunia ini bukan salah siapapun selain manusia itu sendiri. Jadi
jika kita hendak menyalahkan orang lain akan lebih baik jika kita melihat diri
kita sendiri terlebih dahulu. Jika kita merasa sudah benar, tegurlah
orang-orang yang masih setia dengan kebiasaan-kebiasaan buruk mereka terhadap
lingkungan, namun jika kita sama dengan mereka perbaiki diri, buang kebiasaan
membuang sampah sembarangan.
Mengubah kebiasaan memang membutuhkan waktu
yang tidak sebentar, apalagi kebiasaan semua masyarakat Indonesia. Namun dari
diri sendiri dengan niat yang tulus karena mendambakan lingkungan tempat
tinggal yang bersih dan indah akan membuka mata banyak orang dengan niat yang
sama.
Kesadaran masyarakat Indonesia masih
sangat-sangat rendah terutama dalam hal kebersihan. Hal mendasar yang menjadi
penyebabnya ialah kemalasan. Kemalasan itu sendiri dikarenakan lepas dari jaman
penjajahan masyarakat dilayani dan disediakan apapun yang dibutuhkan. Indonesia
selalu menjadi konsumen setia produk-produk bangsa lain.
Kita dapat melihat bahwa negara kita sama
halnya dengan negara lain dalam hal tata kota. Namun bila diamati lebih jauh
hal kecil yang membuat Indonesia berbeda dengan negara lain sangatlah jelas
terlihat, yakni kebersihan. Hal itu membuat kota-kota besar di Indonesia,
terutama Jakarta sebagai ibukota negara, tak nyaman dipandang walau tak ada
perbedaan yang sangat menonjol mengenai tata kotanya. Sampah yang berserakan
dimana-mana serta keadaan jalanan yang kurang perbaikan membuat kota kita tak
sedap dipandang mata.
Di
Jepang semua serba teratur dan disiplin. Dan masyarakatnya pun, dengan
kesadaran dari diri sendiri, mereka mematuhi setiap peraturan yang ada sekecil
apapun peraturan tersebut. Mereka akan merasa malu bila melanggar peraturan.
Bandingkan dengan masyarakat Indonesia yang memiliki slogan “Peraturan ada
untuk dilanggar”. Di Indonesia semua kalangan pernah melanggar
peraturan-peraturan kecil di masyarakat seperti peraturan membuang sampah. Dari
kalangan berpendidikan hingga masyarakat kecil. Tak jarang kita temui
sampah-sampah di dalam laci meja di sekolah-sekolah. Bahkan di dalam ruang
kelas di sebuah universitas tak sedikit sampah yang berserakan. Hal tersebut
sangat tidak mencerminkan seorang mahasiswa yang berpendidikan tinggi.
Keharusan
seorang mahasiswa menyesuaikan diri dengan dosen-dosen mereka yang sebagian
besar sudah terbiasa dengan kehidupan orang-orang Jepang yang mayoritas
memiliki karakter yang sudah terbentuk dan memiliki kebiasaan baik, mendukung
terbentuknya karakter mahasiswa yang disiplin waktu dan menaati aturan yang
berlaku.
***
Sedikit ko.. :p
Sisany unek-unek sendiri. XD