Blogger Widgets

Senin, 21 Mei 2012

Music Indonesia dan Music Jepang (the GazettE) XD




Hari ini aku dibuat sakit hati. Dia bilang kalau lagu-lagu yang sering aku dengarkan tidak bermutu. Mereka tidak tahu tentang seni. Mereka tidak tahu tentang musik. Tapi mereka bisa dengan mudahnya mengatakan itu dan membuat hatiku remuk. Sungguh. Aku sakit hati.
Kalau saja musisi itu tahu. Aku tak bisa bayangkan sekeras apa tawa mereka nanti. Sungguh. Itu memalukan. Kalau aku jadi mereka, aku takkan pernah mengeluarkan pendapat-pendapatku lagi karena aku sadar kalau aku bodoh. Tapi tidak dengan mereka.

Aku penggemar music-music jepang. Mulanya aku menyukai lagu-lagu soundtrack anime, seperti lagu-lagu yang dibawakan Aqua timez, Yui, Flow, UVERworld, dan banyak lagi hingga sekarang saat aku menjadi seseorang yang sangat amat mengagumi the GazettE, band visual kei dari Jepang. Aku menikmati musik mereka sudah lebih dari 5 tahun. Itu waktu yang cukup untukku agar aku mengerti perbedaan musik-musik dari musisi Jepang itu dengan lagu-lagu yang di ciptakan orang-orang tanah airku, Indonesia.

Menurutku, musik jepang sangat berbeda dengan Indonesia. Indonesia memiliki banyak band-band baru yang rata-rata menciptakkan lagu yang hampir tak ada bedanya dengan lagu-lagu band lain. Bahkan aliran band-band itu banyak yang sama. Musik-musik mereka monoton dan mereka kurang mengeksplor keahlian mereka dalam bermain musik. Itu yang membuatku tak tertarik saat mendengarnya dan cepat merasa bosan.
Sementara music manca, termasuk jepang, tak monoton dan tanpa batasan. Contoh the GazettE yang aku tahu, mereka selalu memberikan warna yang berbeda. Musik mereka tanpa batasan. Banyak aliran musik yang mereka ambil. Dan yang jelas, musik mereka tak membosankan walau butuh berkali-kali mendengarkan hingga aku dapat benar-benar menikmati musik mereka. Ya, lagu jepang memang tak cukup di dengarkan satu kali. Harus berulang-ulang. Terutama lagu-lagu dengan beat cepat. Kalau kalian perhatikan, tidak ada satu pun lagu the GazettE yang penciptanya orang lain. Artinya lagu-lagu yang mereka bawakan asli ciptaan mereka sendiri. Tidak seperti di Indonesia yang bisa dengan mudah terkenal dengan membawakan sebuah lagu apa saja tak peduli ciptaan siapa. the GazettE bermain musik itu karena itulah jiwa mereka. Jika mereka memainkan lagu ciptaan orang lain, artinya mereka tidak bermusik dengan jiwa mereka tetapi justru dengan aliran orang lain, orang yang menciptakan lagu tersebut. the GazettE bermusik sesuka hati mereka, mereka tak peduli apa kata orang lain. Karena itu bahasa mereka. Mereka benar-benar bermain musik karena mereka suka. Bukan paksaan atau bahkan hanya karena ingin terkenal. Itulah yang membuat orang-orang dalam dunia musik adalah orang-orang yang memang loyal dan ahli di bidangnya sehingga dapat menciptakan karya hebat untuk Negri sendiri.

Aku tak pernah bosan mendengarkan lagu-lagu dari the GazettE dan aku selalu dapat menikmatinya saat aku memutar lagu-lagunya dan mendengarkannya dari headset atau headphone. Tidak hanya liriknya yang berbeda dengan lirik lagu-lagu baru dari band-band baru Indonesia itu yang tanpa kiasan, tapi juga musiknya yang selalu berbeda, sangat mengasyikkan.

Aku cinta Indonesia. Bahasa, budaya, pakaian adat, musik tradisional, tarian, makanan, semua itu, serta orang-orangnya yang ramah. Tapi tidak dengan orang-orang masa kini yang sangat bergantung pada teknologi, Amerika, kaum Yahudi. Tidak seluruhnya buruk, dan aku tahu, tanpa Amerika kita akan lebih miskin lagi. Tapi saat orang-orang negaraku ini mulai menghilangkan kecerdasan mereka dan hanya mengandalkan orang lain, saat mereka menghilangkan kekreatifitasan mereka, tak peduli budaya kita, tak mau melihat kenyataan, saat itulah kita terpuruk. Aku sakit Negaraku di abaikan. Aku sakit Negaraku di hancurkan. Aku sakit Negaraku jadi bobrok karena warganya sendiri. Dari anak SD, yang psikologisnya mulai terganggu karena di biarkan menonton sinetron dan melihat penyanyi-penyanyi muda jaman sekarang, pelajar SMP dan SMA yang hanya mengandalakan oknum penindas Pendidikan Indonesia saat melaksanakan Ujian Nasional, para mahasiswa yang berusaha keras meraih gelar tinggi namun akhirnya terlantar dijalanan tanpa mau berpikir dan mengembangkan inovasi mereka, sampai para Tikus di pemerintahan.
Ditambah budaya asing yang sepertinya gampang sekali menyebar di sini. Membuat Indonesia makin terlihat seperti 'plagiat' sejati. Dan yang paling buruk, tak punya jati diri.

Aku ingin yang terbaik untuk negaraku. Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar